Sekilas Tentang Wahabi

Karena yang merancang pertanyaan-pertanyaan ini adalah penganut Wahabi radikal. Oleh karena itu lebih baik kita sedikit menelaah seputar aliran ini serta pencetusnya, dan seperti apa posisinya di antara ulama Ahlu Sunah pada masa itu. Dengan demikian akan nampak bagi kita bagaimana aliran "buatan tangan sendiri" ini muncul.

Wahabiah dicetuskan oleh Ibnu Taimiyah Harani pada abad ke 8. Ia bertentangan dengan sunah Rasulullah saw.; misalnya sama sekali tidak mau menikah. Karena pemikiran-pemikirannya yang menyeleweng, sesuai keputusan ulama setempat waktu itu ia sampai dipenjara sebanyak empat kali. Ibnu Taimiyah mendapat banyak kritikan pedas dari ulama Ahlu Sunah dan juga dicap kafir. Sebagian ulama Ahlu Sunah yang telah mengkafirkannya seperti:

1. Taqi Ad Din As Sabki, salah seorang pembesar mazhab Syafi'i. [1]

2. Muhammad bin Ahmad bin Utsman Ad Dzahabi, ahli Sejarah dan ilmu Rijal yang diakui di kalangan Ahlu Sunah, yang mana ia dulu juga murid Ibnu Taimiyah. Ia mengkritik Ibnu Taimiyah dalam tulisannya yang berjudul Bayanu Zughl Al Ilm wa Ath Thalab. [2]

3. Ibnu Hajar Haitami, orang yang mengakui bahwa Ibnu Taimiah adalah hamba yang telah dihinakan Tuhan yang tuli dan dibutakan oleh-Nya.

4. Qadhi Tajud Din As Sabki, yang menyatakan bahwa Ibnu Taimiyah adalah orang yang membahayakan ulama. Ia pernah menulis dalam salah satu bukunya: "Ia telah menggiring murid-muridnya ke jurang neraka." [3]

5. Allamah Taqi Ad Din Al Hishni, menyebutkan bahwa Ibnu Taimiyah adalah orang yang hatinya dipenuhi dengan penyakit. Ia orang yang sesat dan suka mengumbar fitnah.

6. Ibnu Hajar Al Asqalani, penulis syarah Sahih Al Bukhari dan dikenal dengan sebutan Amir Al Hadits. Ia begitu membenci Ibnu Taimiyah karena dikenal sebagai orang yang suka mencela dan tidak menerima hadits-hadits sahih. Ibnu Hajar menulis: "Ia selalu menolak hadits-hadits sahih dan sering mencela orang-orang (seperti Allamah Al Hilli yang sezaman dengannya yang mana beliau disebut Ibnu Taimiyah dengan sebutan Ibnu Mutanajjis atau "anak orang yang najis"). Ia sangat berlebihan dalam hal itu sampai-sampai ia sempat pernah mencela Ali bin Abi Thalib. [4]

7. Alusi, penulis tafsir yang terkenal juga termasuk orang-orang yang telah mengkafirkan. Ia juga sependapat dengan Ibnu Hajar dengan berkata, "Ia memang terkenal dengan caciannya dan perkataan kotornya." [5]

8. Sayid Hasan As Saqaf, termasuk orang yang sezaman dengan kita, begitu juga Zahid AL Kautsari serta sekelompok ulama lain berkata bahwa orang yang mengikuti Muawiyah dan selalu menyerang serta  memojokkan Imam Ali as juga mencari aib-aibnya, disebut oleh penganut Wahabi sebagai Syaikh Al Islam dan pemikiran-pemikirannya dianggap sebagai wahyu yang turun dari langit.

***

Pemikiran Ibnu Taimiyah sempat redup pada suatu dekade dalam sejarah, namun tak lama kemudian dihidupkan kembali dan disebarluaskan oleh Muhammad bin Abdul Wahab. Tujuan pencetus dan penyebar aliran ini hanyalah terciptanya perpecahan di antara umat Islam dan mengkafirkan kelompok-kelompok selain kelompoknya sendiri.

Bagaimanapun juga, buku yang kami sebutkan tadi penuh dengan kekacauan susunan dan kebertentangan. Di sini saya ingin menukilkan sebagian dari pengantar buku kecil tersebut.
Di halaman 4 tertulis:

"Memang sudah menjadi kehendak Tuhan bahwa umat Islam akan terpecah menjadi berbagai golongan yang saling memusuhi satu sama lain..."

Lalu beberapa baris setelahnya tertulis:

"Oleh karena itu, orang yang mengaku mencintai Islam dan persatuan umatnya, harus mengembalikan segala hal seperti akidah, syari'at dan akhlak kepada zaman Rasulullah saw (yakni berakidah, bersyari'at dan berakhlak bagai orang-orang di zaman nabi)."

Jadi menurut penulis buku itu, ajaran yang ia inginkan untuk dipeluk oleh pemuda-pemuda Syiah adalah ajaran bahwa Tuhan berkehendak agar umatnya berikhtilaf, berpecah belah dan bermusuhan, lalu Ia juga menginginkan kita untuk menciptakan persatuan di antara mereka!

Jika memang keinginan Tuhan ada pada terpecahnya umat Islam, maka mengajak umat Islam untuk bersatu berdasarkan Al Qur'an dan Sunah adalah usaha sia-sia. Karena kehendak Tuhan tidak bisa dielak dan dicegah. Ia berfirman: "Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: "Jadilah!" maka terjadilah ia." [6]

Penulis ingin pemuda-pemuda Syiah mengikuti Ahlu Sunah, yang mana Ahlu Sunah yang mereka maksud hanya dan hanya Wahabiah (karena mereka juga menyebut ajarannya dengan sebutan Ahlu Sunah). Adapun Ahlu Sunah yang kita kenal, yakni mayoritas Muslimin dunia, tidak mereka anggap sebagai Ahlu Sunah yang sebenarnya, dan bahkan dianggapa kafir!

Ia di akhir tulisannya menambahkan: "Sebagai penutup, saya mengingatkan kembali kepada pemuda-pemuda Syiah bahwa kembali ke jalan yang benar lebih baik dari pada meneruskan jalan yang batil. Salah seorang pemuda Syiah yang mendapatkan hidayah untuk kembali ke jalan "orang-orang yang terdahulu" adalah orang yang mengamalkan Sunah. Kedudukan dan pahalanya lebih besar dari ribuan orang Suni yang pengangguran dan bermalas-malasan juga terkukung dengan syubhat-syubhat." []

[1] Pengantar buku Arr Radd Al Mudhi'ah Ala Ibn Taimiyah.
[2] Sebagian orang mengingkari bahwa tulisan tersebut milik Dzahabi. Namun orang-orang seperti Hafidz Sahawi dalam kitabnya Al I'lan bit Taubikh halaman 77 menulis bahwa itu milik Dzzahabi.
[3] Thabaqat Asy Syafi'i, jilid 4, halaman 76, nomor 759.
[4] Lisan Al Mizan, jilid 6, halaman 319.
[5] Ruh Al Ma'ani, jilid 1, halaman 18-19.
[6] Yasin, ayat 82.


LEBIH JAUH TENTANG BUKU ITU